Hari Bumi (Earth Day) 22 April pertama kali dicanangkan John McConnel, seorang profesor sekaligus aktivis lingkungan, pada 1 Maret 1970, setelah proposal tentang aktivitas penyadaran atas nasib bumi yang ia ajukan pada pemerintah daerah San Fransisco disetujui pemerintah daerah setempat.
Proposal McConnel ternyata menarik perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga akhirnya diminta sebagai proposal penyelamatan bumi sedunia. Sekretaris Jenderal PBB saat itu, U Thant, mengusulkan hari peringatan tahunan yang dijadikan momen bagi seluruh umat manusia sedunia untuk berpikir kembali tentang nasib bumi. Peringatan itu disertai berbagai aktivitas penyelamatan kondisi bumi yang makin memburuk, yang dilakukan secara serentak di seluruh dunia. Sang profesor langsung menawarkan 21 Maret sebagai Hari Bumi.
Argumentasi McConnel didasari pada kenyataan ilmiah, bahwa untuk memikirkan nasib bumi seharusnya ada pada hari pertama proses alam dalam bumi dimulai. McConnel mendasarkan analisanya pada peristiwa-peristiwa alam dari sejarah yang disepakati umat manusia sedunia. Terbukti pada 21 Maret berlangsungnya siang (saat matahari bersinar) dan malam (saat matahari terbit di sisi bumi lainnya) mempunyai durasi yang sama 12 jam.
Tanggal tersebut juga hari pertama dimulainya musim semi, musim yang dipercayai banyak budaya sebagai awal dari kehidupan. Ide 21 Maret yang dilatarbelakangi niat pelurusan kembali fakta sejarah tentang alam ini belakangan justru kembali ‘dibelokkan’. Tidak jauh berbeda dengan sistem penanggalan kuno yang dari Maret bergeser ke Januari itu, “Hari Bumi” pun kemudian dirayakan setiap 22 April.
No comments:
Post a Comment